Parasitologi (p)
ASCARIS
LUMBRICOIDES

Nama :
Andi Yesti Yusuf
Nim
: Akm0814093
Kelas : 1c
AKADEMI ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015
ascaris
lumbricuides
A. pengertian

Ascaris
lumbricoides adalah cacing
yang pertama kali diidentifikasi dan diklasifikasi oleh Linnaeus melalui
observasi dan studinya antara tahun 1730-1750an. Dari hasil observasinya,
Linnaeus pergi ke beberapa tempat di dunia untuk mengonfirmasi wilayah penyebaran
parasit tersebut. Linnaeus diberi kesempatan untuk menamai parasit tersebut.
Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui.
Diperkirakan prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.
Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di
negara berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja manusia
atau penggunaan tinja sebagai pupuk (Soegijanto, 2005).
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda
kedua yang paling banyak menginfeksi manusia. Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai Lumbricus teres dan mungkin telah
menginfeksi manusia selama ribuan tahun. Jenis ini banyak terdapat di daerah
yang beriklim panas dan lembab, tetapi juga dapat hidup di daerah beriklim
sedang. Askariasis adalah
penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides.
Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
Penyebab utama dari
kebanyakan infeksi oleh parasit ini adalah penggunaan kotoran manusia untuk
menyuburkan tanah lahan pertanian atau perkebunan dimana tanah tersebut
digunakan untuk menumbuhkan tanaman sebagai bahan makanan. Cacing dewasa hidup
di dalam usus besar dan telur yang dihasilkan betinanya terbawa oleh material
feses. Pada material tersebut larva cacing dalam telur berkembang mencapai
stadium infektif di dalam tanah. Makanan yang berasal dari areal agrikultur
dimana tanahnya telah terkontaminasi oleh feses yang berisi telur infektif,
dapat mentransmisikan telur secara langsung ke manusia. Makanan yang
terkontaminasi dengan telur infektif dimakan oleh manusia dan larva tersebut
keluar dari telur di dalam usus.
B. morfologi
Cacing Ascaris lumbricoides
memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1.
Telur : telur fertil, infertil
dan yang telah mengalami dekortikasi
2.
Bentuk dewasa
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan
ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris lumbricoides sangat khas dengan
susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian luar yang
berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
1.
Lapisan luar yang tebal dari
bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
2.
Lapisan tengah dari bahan hialin
bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
3.
Lapisan paling dalam dari bahan
vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
Telur cacing ini sering ditemukan dalam 2
bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang infertile (tidak dibuahi).
Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi
yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara. Pada telur
fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan
dinding telur yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi
berbenjol-benjol kasar melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami
pengelupasan pada lapisan albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah
mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan
yang paling luar.Telur infertil; bentuknya lebih lonjong, ukuran lebih besar,
berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih transparan.
Pada stadium dewasa, cacing spesies ini dapat
dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis betina memiliki ukuran yang relatif
lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala (anterior) terdapat 3 buah
bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada mediodorsal dan 2 buah pada
ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat bucal cavity yang berbentuk
trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis kelamin jantan memiliki
ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm sedangkan diameternya antara 2
– 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar ke arah ventral dan memiliki 2
buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina panjang badannya berkisar antara
20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6 mm. Bagian ekornya relatif lurus
dan runcing.
Cacing betina dewasa
mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat (conical), berwarna putih
kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak melengkung. Cacing betina
mempunyai panjang 22 - 35 cm dan memiliki
lebar 3 - 6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih
kecil, dengan panjangnya 12 - 13 cm dan lebarnya 2 - 4 mm, juga mempunyai warna
yang sama dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah
ventral. Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan
mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup
atau dipanjangkan untuk memasukkan makanan (Soedarto, 1991).
Pada potongan
melintang cacing mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan dengan hipodermis
dan menonjol kedalam rongga badan sebagai korda lateral. Sel otot somatik besar
dan panjang dan terletak di hipodermis; gambaran histologinya merupakan sifat
tipe polymyarin-coelomyarin.
Alat reproduksi dan
saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan mempunyai dua
buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing betina, vulva
terbuka pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah, bagian ini lebih
kecil dan dikenal sebagai cincin kopulasi. Telur yang di buahi (fertilized)
berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak
infektif dan berisi satu sel tunggal.
Sel ini dikelilingi
suatu membran vitelin yang 2001
digitalized by USU digital libary tipis untuk meningkatkan daya tahan telur
cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup
sampai satu tahun. Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang
dikelilingi lagi oleh lapisan albuminoid yang permukaanya tidak teratur atau
berdungkul (mamillation). Lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau
hilang oleh zat kimia yang menghasilkan telur tanpa kulit (decorticated).
Didalam rongga usus, telur memperoleh warna
kecoklatan dari pigmen empedu. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada
dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44
mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid
yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.
C. klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Phasmida
Ordo : Rhabdidata
Subordo : Ascaridata
Family :
Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris
lumbricoides
Ascaris suum goeze
Ascaris texana Smith And Goeth ( 1904)
D. sumber penularan atau infeksi
Telur ascaris yang
infektif tertelan manusia dan mencapai duodenum, di sini telur menjadi larva
1. Larva ini
menembus dinding usus, melalui saluran limfe bermigrasi ke hepar dan paru
2. Banyaknya
larva di paru-paru menimbulkan gejala Loefller
Syndrome/ Atypical Pneumonia
3. Larva
mencapai epiglottis dan kembali ke usus kecil. Di sini tumbuh menjadi cacing dewasa,
cacing betina bertelur lagi
4. Perjalanan cacing hingga menjadi
dewasa ± 3 bulan

Cacing masuk ke
dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur
cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing
dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh
manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air
yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami
tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel
pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada
makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari
satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan
berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing
mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14
gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005
milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari.
Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah yang
digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000
telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka
sanggup memproduksi 600.000 telur.
Infeksi ringan cacing
gelang biasanya tidak menimbulkan gejala sedangkan pada infeksi yang parah
akan menimbulkan gejala gangguan gastrointestinal, kurang gizi, perut buncit
dan lesu/ kurang semangat.
E. diagnosa laboratorium
Diagnosa pasti untuk Askarisasis yaitu dengan cara menemukan telur cacing
dewasa pada feses. Metode-metode yang digunakan dalam pemeriksaan feses ada dua cara, yaitu dengan metode langsung (dengan kaca prnutup ataupun
tidak dengan kaca penutup) dan meetode tidak langsung (dengan cara sedimentasi
atau sentrifuge, cara flotasi dengan NaCl jenuh).
Salah satu metode pemeriksaan telur cacing selain
dengan pemeriksaan tinja yang diagnosis, dapat pula dibuat bila cacing dewasa
keluar sendiri baik melalui mulut (berupa muntahan) ataupun kotoran atau tinja.
1.
Metode
langsung
a. Sediaan
langsung tanpa pewarnaan
Teknik pemeriksaan :
Teknik pemeriksaan :
a) Sediakan
obyek glass yang bersih dan kering
b) Teteskan
pada bagian kiri dan kanan obyek glass, kemudianmasing-masing ditetesi air
garam faal (jarak ± 4 cm)
c) Dengan
batang pengaduk dari kayu yang bersih dan kering diambil sedikit feses atau
bagian yang berlendir lalu diusapkan pada tetesan-tetesan air garam pada yang
sudah diteteskan.
d) Tutup
masing-masing sediaan dengan cover glass
e) Periksa
di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah kemudian dipertegas
dengan perbesaran kuat.
b. Sediaan
langsung dengan pewarnaan iodium ( lugol) Teknik pemeriksaan :
a)
Sediakan obyek glass yang bersih dan kering.
b)
Teteskan pada bagian kiri dan kanan obyek glass,
kemudian masing-masing ditetesi air garam faal (jarak ± 4 cm)
c)
Dengan batang pengaduk dari kayu yang bersih dan
kering diambil sedikit feses atau bagian yang berlendir lalu diusapkan pada
tetesan-tetesan air garam pada yang sudah diteteskan.
d)
Pada sediaan sebelah kiri ditambahkan 1 tetes
eosine 20 % dan disebelah kanan diteteskan 1 tetes iodium / lugol lalu
masing-masing dicampur, jangan sampai sediaan 1 tercampur dengan sediaan 2.
e) Tutup
masing-masing sdiaan dengan cover glass
f) Periksa
di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah kemudian dipertegas
dengan perbesaran kuat.
2. Tidak langsung
a.
Cara konsentrasi dengan ZnSO4. Tehnik pemeriksaan :
a)
Dibuat suspensi feses 1:10, yaitu 1 bagian feses
+ 10 Bagian air panas
b)
Saring suspensi tersebut dengan kain kasa dan
filtrat ditampung dalam tabung centrifuge.
c)
Putar dengan kecepatan 2.500 rpm selama 1 menit.
d)
Supernatan dibuang, sedimennya ditambah 2-3 ml
air dan diaduk sampai homogen.
e)
Putar lagi, supernatan jernih dituang ( kalau
perlu ulangi pemutaran)
f)
Sedimennya ditambahkan 3-4 ml zink sulfate jenuh
( 33 % larutan ZnSO4 mempunyai Bj 1.18 ), Diaduk dengan batang pengaduk,
sehingga homogen dan ditambahkan ZnSO4 sampai batas 1.5 cm dari permukaan
tabung
g)
Putar dengan kecepatan tinggi selama 1 menit.
h)
Pindahkan lapisan atas dari supernatan dengan
ohse dan taruh di atas obyek glass yang bersih, kemudian tambahkan 1 tetea
lugol, campur.
i)
Tutup dengan cover glass, periksa di bawah
mikroskop
F. pencegahan
1.
Pencegahan
Primer
Melakukan promosi kesehatan yaitu pendidikan kesehatan dan
penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene
pribadi seperti tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, sebelum
melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu
dengan menggunakan sabun, sayuran segar (mentah) yang akan dimakan
sebagai lalapan, harus dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat
karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun. Juga
peyuluhan tentang pentingnya buang air besar di jamban, tidak di kali atau di
kebun untuk menghindari penyebaran dan penyakit ini.
Proteksi spesifik dengan melakukan pengobatan massal 6 bulan
sekali di daerah endemik atau di daerah yang rawan askariasis.
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini terhadap orang yang
mempunyai risiko terkena penyakit askariasis ini.
Mengobati dengan tepat penderita
askariasis
3. Pencegahan Tersier
Membatasi ketidakmampuan penderita askariasis dengan
memberikan pengobatan pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal, Mebendazol 500
mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari
berturut-turut, Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak
boleh digunakan selama hamil atau melakukan operasi pembedahan apabila
pengobatan secara oral sudah tidak memungkinkan lagi.
Berdasarkan pada siklus hidup dan
sifat telur cacing ini, maka upaya pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut (
Syamsu, 2007 ):
1.
Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
2. Melakukan
usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya
memakai jamban.
3. Tidak
mengunakan tinja sebagai pupuk tanaman. Sebelum melakukan persiapan makan dan
hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan mengunakan sabun.
4. Bagi yang
mengkonsumsi sayuran segar ( mentah ) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih
dan disiram lagi dengan air hangat.
5. Mengadakan
pengobatan massal setiap 6 bulan sekali di daerah endemic ataupun daerah yang
rawan terhadap penyakit ascariasis.
G. pengobatan
1.
Obat pilihan: piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg
BB/hari, dosis tunggal dengan dosis maksimum 3 g/hari
2. Heksil
resorsinol dengan dosis100 mg/tahun (umur)
3. Oleum
kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)
4. Santonin :
tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan. Biasanya dicampur dengan
kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah yang sama diberikan selama 3 hari
berturut-turut.
Dosis : 0-1tahun = 3 x 5 mg
1-3 tahun = 3 x 10
mg
1-4 3-5 tahun = 3
x 15 mg
1-5 Lebih dari 5
tahun =3 x 20 mg
1-6 Dewasa = 3 x
25 mg
5. Pirantel
pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis tunggal.
6. Papain yaitu
fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan cacing. Preparatnya :
Fellardon.
7. Pengobatan
gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg P.O. sekali untuk
semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O. sekali untuk
segala usia) atau yrantel pamoate (11 mg/kg P.O. sakali, dosis maksimum 1 g).
Piperazinum citrate (pertama : 150 mg/kg P.O. diikuti 6 kali dosis 6 mg/kg pada
interval 12 hari).
8. Prognosis :
baik, terutama jika tidak terdapat komplikasi dan cepat diberikan pengobatan.
daftar pustaka
Brown HW, 1983. Dasar
Parasitologi Klinis. Gramedi. Jakarta
Viqar Z., Loh AK, 1999. Buku Penuntun
Parasitologi Kedokteran. Penerbit Binacipta.
Onggowaluyo,
Samidjo Jangkung.2001. Parasitologi Medik 1 Helmintologi.EGC:Jakarta
http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/04/ascaris-lumbricoides-cacing-perut.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Ascaris_lumbricoides
Iron-Tin Red (Nopal) - Titanium Cross Necklace - Tiara
BalasHapusIron-Tin Red titanium bmx frame (Nopal) · Titsanium Cross titanium bracelet Necklace. titanium white dominus price This bracelet contains a simple yet elegant and comfortable design. · Type: rocket league titanium white octane T-Shirt. Rating: 5 · 1 review · $9.99 · In stock titanium armor